20 September 2010

TUHAN, MANUSIA dan AGAMA Bagian-3

print this page Cetak

Sekali lagi, ajaran agama, kehidupan beragama serta aplikasinya dalam manata serta mendidik diri pribadi dan bermasyarakat untuk memakmurkan bumi ini, mestinya seiring dan sejalan dengan Kehendak Tuhan melalui teladan dan ajaran suci yang disampaikan oleh para Utusan-Nya menyatu dengan Nur-Nya (dengan Ilmu Nubuwah), yang membawa Al-kitab dan Al-Hikmah.

Tuhan tidak mengutus Rasul-Nya untuk sekedar membangun tatanan sosial yang lebih baik, manusia sudah dibekali dengan akal-pikiran untuk membedakan perilaku yang baik dan yang buruk. Banyak komunitas manusia di berbagai tempat di bumi ini yang hidup tentram tanpa ada Nabi ataupun Kitab Suci.

Tujuan di"adakannya" Utusan Tuhan di bumi ini, adalah wujud kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya yang namanya manusia ini. Para utusan itu membawa ajaran Agama untuk manusia, agar dapat pulang kembali dengan selamat ke asal muasal kejadiannya, yaitu dari Tuhan itu sendiri. Tuhan tidak membutuhkan sesuatu apapun dari mahluknya, justru sebagai manusia kita membutuhkan Tuhan, sebagai tempat menggantungkan harapan dan pertolongan. Bukan sekedar memuji dan memanggil Nama-Nya untuk memohon kepada-Nya, akan tetapi manusia memang keterlaluan dan lupa diri, mengetahui bahkan memberi nama-nama untuk Tuhan, namun hampir tidak pernah terbersit sedikit saja untuk mencari, mengenali dan menyaksikan keberadaan Diri-Nya Yang punya nama "Tuhan", mengapa ini bisa terjadi seolah tidak ada yang peduli........?
Sejak Nabi Adam As, sampai menjelang hari kiyamat, ajaran suci yang dibawa para Utusan Tuhan tidak seharusnya terpecah-pecah menjadi banyak aliran dan pemahaman serta praktek peng-hambaan diri manusia yang juga menjadi berbeda-beda. Agama yang dikenal sampai dengan saat ini, sumber aslinya sejatinya adalah satu asal muasalnya. Mulai memecah-belah agama (QS 23:52-53),
Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.
Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).
hingga menjadi berbeda-beda karena ulah manusia dan kelompok-kelompok kepentingan manusia itu sendiri. Mereka sudah terlanjur (dengan watak aku-nya) telah merasa menjadi seorang ahli ibadah (ahli kitab), merasa cukup dengan penemuan dan pemahamannya sendiri, sehingga sadar ataupun tidak, meninggalkan utusan Tuhan, merasa cukup dengan mewarisi kitab(catatan-catatan masa lalu) hingga lambat laun, sadar ataupun tidak, telah meninggalkan utusan Tuhan dan makin jauh dari risalah suci yang dibawa para Nabi dan Rasul serta pewaris dan penerus ajaran risalah suci yang akan selalu ada sampai hari kiyamat (Rasulullah Muhammad SAW diutus untuk seluruh umat manusia sampai hari kiyamat tiba). Al Quran menjelaskan keberadan Rasul dan para penerusnya dalam banyak ayat, diantaranya:
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.(QS 2:151)
Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.(QS 3:101)
Sesungguhnya telah datang kepada kamu semua seorang Rasul dari (kalangan) dirimu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kamu semua, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.(QS 9:128)
Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.(QS 10:47)
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).(QS 16:36)
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.(QS 49:7)
Al Quran juga menjelaskan bahwa Allah tidak akan mengazab manusia yang berdosa sebelum diutus-Nya seorang Rasul, yang akan ada hingga hari kiyamat.
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.(QS 17:15)
Sedang Hidayah Allah, sebagaimana penjelasan firman-Nya QS 2:1-5 (Akan di Posting kemudian, title :Alif Lam Mim) , bahwa
Al Quran tidak ada keraguan atas kebenaran isinya
Adalah hidayah bagi mereka yang bertaqwa.
Yaitu mereka yang beriman kepada Al-Ghayb (Ada dan Wujud Diri-Nya satu-satuNya Yang Gaib tetapi jelas sekali dapat dan mudah diingat-ingat dan dihayati)
Apabila secara benar ditanyakan kepada ahlinya (Ahl-Dzikr).
Fas’alu ahladhdhikri inkuntum laa ta’lamuun.
Sebab selain Diri-Nya yang sama-sama tidak bisa dijangkau indra mata kepala didunia ini adalah disebut Al Quran al-ghuyub.
Dibangsakan gaib karena sama-sama tidak bisa dilihat oleh mata kepala.
Tetapi sama sekali bukan Al-Ghayb (Isim yang mufrad dan ma’rifat).
Kemudian menegakkan salat. Yaitu ketika shalat
Benar-benar dijadikannya untuk mengingat-ingat dan
Menghayati keberadaan DiriNya yang jelas amat indah diingat-ingat dan dihayati dalam rasa hati.
Sebab bila tidak demikian, maka sahun, yang akibatnya justru malah diancam dengan siksa yang keras sekali(QS 107:4-5).

Risalah yang dibawa oleh Muhammad SAW adalah sama dengan yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul terdahulu, dan juga sama dengan yang dibawa oleh para pewaris dan penerus Beliau saat ini hingga hari kiyamat. Misi utama risalah para Nabi dan Rasul adalah membimbing umat manusia agar dapat lulus melalui cobaan dan ujian Tuhan, yang dengan Kuasa-Nya, menghadirkan kita ke bumi ini, menjalani kehidupan, dengan harapan, dapat pulang kembali dengan selamat dan rasa bahagia sampai kepada-Nya, menyatu lagi dengan asal-muasal awal kejadiannya.
Inti ajaran yang menyatu dalam risalah para Nabi dan Rasul adalah Nur Yang diturunkan Allah SWT bersamaan dengan ditetapkannya seoarang hamba menjadi utusan-Nya.
QS 4:174,
Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu.(Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu Nur( Cahaya Diri-Nya Dzat Yang Al-Ghayb, yang Nyata di dalam rasa)
QS 5:15-16,
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan.
Dengan itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita (Ketidaktahuan tentang Al-Haq) kepada cahaya (Mengenali Keberadaan Diri-Nya) dengan seizin-Nya, dan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus.
QS 7:157,
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya-Nya yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
QS 14:1,
Alif, laam raa. (Ayat yang menyimpan makna rahasia untuk mengenali keberadaan diri-Nya) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita (Ketidaktahuan tentang Al-Haq) kepada cahaya (Mengenali Keberadaan Diri-Nya) dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.
QS 64:8,
Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Mengenali Keberadaan Diri-Nya) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Nur itulah biasa dikenal dalam tasawwuf sebagai "Nur Muhammad", cahaya terpuji-Nya satu-satunya Dzat Yang Wajib Wujud-Nya, "wajh-ullah", dimana Cahaya dengan Dzat-Nya selalu menyatu, laksana samudra dan gelombangnya, laksana kertas dan putihnya, serta laksana bola dan bundarnya. Itulah yang wajib untuk dikenali (dengan metoda tunjuk, hanya melalui utusan-Nya yang akan terus ada sampai kiyamat, sebagaimana Jibril As kepada Muhammad SAW di Gua Hira dengan perantaraan kalam), "Cahaya Yang Terang Benderang" asal usul kejadian segala makhluk, kemudian harus dituju sebagai tempat kembali yang sesungguhnya. 
Nur Ilahi atau "Nur Muhammad" yang tidak lain adalah "wajh-ullah", kemudian selama menjalani kehidupan ini mereka yang beriman berupaya selalu ber-dzikr kepada-Nya, dan Dia memerintahkan shalat sebagai tempat yang wajib ber-dzikr kepada-Nya.
Mereka yang beriman kepada-Nya dengan Dzikr memandang "keberadaan Diri-Nya", dan membuktikan ke-Indahan dan ke-Agungan-Nya (ma'rifatun wa tasdiqun), didalam rasa hati (jalan ma'rifat). Itulah satu-satunya jalan masuk Islam secara "menyeluruh" ( kaffah), QS 2:208).
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Menjadikan amal perbuatan Shariat dan Tariqat bersama Hakikat dan Marifat dapat selalu berjalan bersamaan, tanpa terpisahkan. Itulah satu-satunya jalan untuk mengembalikan unsur kejadian manusia kepada asalnya, yang terdiri dari rasa (sir), ruh, hati, dan jasad.
Jalan Shariat untuk melaksanakan setiap ibadah yang dapat diperbuat olah tiap bagian dari jasad termasuk akal pikiran (untuk mengingat-ingat, dzikr shariat) yang merupakan jendela hati (lapisan yang membatasi jasad dengan hati), Tariqat untuk menetapkan hanya Satu-satu-Nya Dzat Yang Wajib Wujud-Nya Yang Ada dan tersimpan di dalam hati nurani.
Jalan Hakikat untuk membangkitkan kesadaran akan Daya-Kuat (ar-Ruh) Ilahi yang Dipinjamkan kepada setiap hamba-Nya dan seluruh mahluk-Nya, hingga tidak di-aku sebagai milik dan ke-bisaan-nya hamba, terakhir adalah jalan Ma'rifat untuk merasakan (menyaksikan) hanya Keberadaan Diri-Nya Satu-satu-Nya Dzat Yang Wajib Wujud-Nya, membuktikan ke-Indahan dan ke-Agungan-Nya (itulah kesempurnaan nikmat pemberian-Nya), sehingga rasanya itu tidak selalu habis untuk merasakan segala hal tentang diri dan dunianya.
Masuklah Islam secara kaffah juga sebagai satu-satunya jalan untuk membuktikan kalimat Tauhid "Laa ilaha illa-Allah", bahwa segala seuatu, semuanya 'nafi', kecuali Diri-Nya Satu-satu-Nya Dzat Yang Wujud Mutlak, tempat kembali semua mahluk-Nya. Seluruh proses ibadah tersebut, semata-mata untuk melatih me-nafi-kan keberadaan diri manusia, sehingga tidak menjadi hijab  (penutup/penghalang) untuk menyaksikan dan membuktikan bahwa yang sebenarnya ada dan wujud hanyalah Satu-satu-Nya Dzat Yang Menamakan diri-Nya Allah, itulah sebaik-baiknya tujuan dan tempat kembali yang sesungguhnya.
Saripati dari ajaran Rasulullah SAW yang murni semata-mata adalah tentang "Rahasia Keberadaan Diri-Nya", yang hanya diberikan kepada hamba yang telah terpanggil untuk menjadi kekasih-Nya, yaitu mereka yang dengan rela hati bertanya (QS 16:43, 21:7, 25:59, lihat Tulisan ini di Bagian-2) kepada Rasulullah SAW (dan para penerusnya yang ada pada setiap zaman) tentang perihal keberadaan Diri-Nya Satu-satu-Nya Dzat Yang Al-Ghayb Wajib Wujud-Nya.
Oleh sebab itu ada hadith : "Barang siapa yang tidak mengenal Imam di zamannya, matinya mati jahiliyah".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar